June 25, 2018

Review TISWIM Armbands and Belt Nabaiji

Posting hari ini, gue kepengen share tentang salah satu produk NABAIJI, salah satu swimming brand dari Decathlon. Ini sambungan dari posting traveling ke Singapore kemarin.
Berhubung saat ini Decathlon udah ada di Indonesia, store nya terletak di Alam Sutra, iseng-iseng sekitar bulan April gue coba datang kesana untuk cari aksesori renang buat anak. Pelampung ini cukup menarik, karena bentuknya yang armband-belt, membuat gue merasa aman kalau anak gue nyemplung dikolam menggunakan ini. Penggunaan yang disarankan untuk anak dengan berat 15kg - 30kg. Dan bentuknya begini:

website Decathlon Singapore

Pertama-tama emang gue lihat dari temen gue yang beli di Decathlon Singapore, and so with all hope that this item also available in Indonesia, rushly I went there. Tapi sayangnya, si mbak storekeeper bilang kalau item ini kosong dan karena udah limited banget jadi kalaupun masuk di Indonesia, cuma ada beberapa biji aja, dan kemarin langsung ludes dengan cepat. Entah si mbak ini ngomong beneran, atau emang item ini lagi not-available (like) forever di Decathlon Indonesia. Tapi saat ditanya kapan estimasi datang, semua storekeeper ga ada yang bisa kasih jawaban.
Agak kecewa sih, mengingat ini kan "katanya" most wanted item,.

Akhirnya karena penasaran banget, I decided untuk titip teman di Singapore. Luckily, gue ada rencana business trip ke Singapore. Jadi pas banget! I think universe is on my side. 😆
Karena schedule gue padat merayap, so I need to make arrangement to meet my friends near my hotel. Fortunately, I have wonderful, nice, and very very kind friends, who willing to bought this for me and I will pay her later after I meet her. Temen gue ini beneran baik, menyempatkan diri beli di Decathlon Bedok yang katanya si mbak, is the most complete store than other Decathlon in Singapore. Harganya juga ga beda jauh kata si mba, emang sih lebih mahal di Singapore. Dengan kurs SGD 1 anggap aja sekitar IDR 10.550, harganya adalah IDR 283,799, dibulatkan aja deh IDR 284,000. Not really cheap, compare to another local brands such as : INTEX.  😀

Tapi ya, sekali lagi, ada harga ada rupa. This product surely not disappointed. Once it in my hand, I'm not regret paying for it. It's awesome. Really love the design, material and the function. The inner surfaces are made of polyester for softness and comfort. The three ways of using them adapt to the child's level of comfort in the water.  Jadi ini pelampung, bisa dipisah antara armband dengan beltnya. Kalau anak udah gede, bisa ga perlu pakai armband. Ini dia foto aslinya. Keren maaakkk! Bahannya halus, dan fleksibel.


Then, the most happiest thing when my daughter looks amazed when she wore this armband. Bagusnya, saat anak gue pakai ini, kelihatan nyaman dan memang pas banget buat ukuran dia. Dia bisa tertawa-tawa sampai terkikik kikik saking senangnya bisa mengapung sendiri. Comfy to wear, and seriously, worth every penny.



June 22, 2018

Beware of Love Scammer, it's on Social Media. Waspada! Waspada!


Gue lagi pengen share pengalaman pribadi di sosial media belum lama ini. Jadi ceritanya, IG gue tiba-tiba ada orang luar yang nge-follow. Lama banget tuh ga gue confirm karena gue ngga kerasa kenal. Gue mikirnya, mungkin orang ini dapat IG gue dari IG yang gua follow supaya gue bisa belajar untuk "survive". Meskipun agak merasa aneh, tapi iseng gue confirm aja.

Once upon a day, itu orang message gue. Awalnya biasalah memuji ini-itu, yang bilang "beautiful", or "very nice" etc. Jujur sih, kalo orang baru kenal udah banyak umbar roman picisan  gitu, gue malas tanggapin. Gue bilang aja ga gitu suka, apalagi pas dia ada panggil "baby" dan "love you". Gue udah nyaris ga mau reply percakapan murahan kek gitu. Tapi suddenly ini orang say sorry dan mulai bicara normal. Ya udah gue balik ngobrol biasa lagi.

Orang ini bilang kalo dia adalah pediatric yang bekerja di WHO, tinggal di California (US), punya anak 3, dan istri passed away. Awalnya gue tertarik dong ngobrol dengan orang yang punya jobs di WHO. Secara dari dulu gue penasaran how it feels to works in NGO. Jadi gue lebih banyak ngobrol soal apa kerjaanya. Cuma yang gue mulai berasa aneh, dia ini jarang cerita rutinitasnya apa aja saat ga kerja. Looks like he have so many leisure time. Mengingat kalo gue lagi kerja or tidur dia bisa keep texting me, it seems like he has nothing to do. Trus kadang mulai suka minta foto, yang mana selalu gue tolak karena gue ga suka kirim-kirim foto ke orang lain. Apalagi dia sempat nanya-nanya harga mobil di Indo, trus kek mau datang ke Indo segala. Makin bikin gue curiga sih.

Suddenly ini orang cerita dia mau dinas di "Africa", nah gue pikir kan ini WOW banget. Asik banget kan satu team dapat "dinas" ke Africa begitu. Tau sendiri kan di Africa ini banyak tempat yang ga aman. Disana dia bisa cerita kalau tugasnya adalah visit-visit villages, and helping people who needs medicine. Sounds very noble person.

Then one day, ini orang menghilang seharian. Setiba-tiba besoknya dia chat ke gue kalo kena attack di village nya. Awalnya gue kasian dong, dia kasih foto kakinya memar-memar. Dia bilang dia fight back tapi tetap kalah, teman-temannya juga kena hajar dan semua kena rampok, no money, no HP, no ID. Dia chat ke gue lewat laptop hotel (katanya).  Trus ujung-ujungnya, dia bilang sudah ga mau lagi disana, dan pengen segera ke Indo visit gue. Sementara saat ini visa dia ke Indo segera dalam proses, but he has no money to pay the process. So he needs me to transfer $750 to finish the visa, and he will return it once he come to Indo.

Gue: .....    (kaget karena ini sungguh menipu sekali!)

Lama gue diem aja, gue ga reply chatnya. Langsung dia chat berkali-kali kenapa gue diem.
Gue bilang ke dia: kenapa ga minta tolong keluarga lu aja untuk pinjam duit dulu? Dia ga ada jawaban, malah tetep "Please, please".
Gue jawab lagi: kalo lu ga ada duit, better ga usah visit Indo, gimana mo bayar hotel dan ticket kesini? Jawaban dia aneh banget, katanya hotel sudah booking.
Ya tetep aja ga masuk akal buat gue yang udah berkali-kali ke luar negeri. Mana ada jadi tourist ga bawa duit? Ridiculous. Trus lu makan minta dibayarin siapa? - Ini logika nya aja ya, seandainya dia emang beneran datang gitu, gue sih ga sudi suruh bayarin dia punya akomodasi. 😂😂😂

Yang paling bikin gue ngakak, adalah saat dia kirim gambar VISA Indo (yang katanya sedang diproses tapi ga bisa diambil kalo ga dilunasi) dengan gambar.... PASSPORT Indo!
Maybe he thinks I'm so dumb and he can fool me? Jelas-jelas visa itu beda sama passport. Ini orang mau jadi turis apa mau pindah warga negara? Keliatan banget sih, dia asal ngecrop foto picture dan tempel di PASSPORT. Hal terakhir ini lah yang bikin gue langsung 100% yakin ini adalah scammer.
Sekedar info aja, ini orang bikin IG dengan foto-foto orang entah siapa, yang postnya ga lebih dari 10-15 picture, mengesankan good person, bapak sayang anak, punya pekerjaan asik, jadi kita tertarik untuk mereply obrolannya.

Nah... dari pengalaman ini, gue jadi lebih hati-hati banget nge-confirm account di IG. Kadang gue takut ini orang ambil-ambil foto acak dari orang yang dia follow, dan kemudian dia bikin IG sendiri dari foto-foto curian itu. Apalagi saat ini banyak orang (mostly korbannya cewe sih) yang desperately in love cari pasangan. Itu target yang empuk banget buat scammer-scammer cinta macam ini. Dari hasil browsing internet, scammer model ini cukup banyak saat ini, dan mostly berasal dari Africa. So if stranger people suddenly texting you, don't be happy. Please make sure he's not a scammer yang lagi cari mangsa.
Apalagi kalau tiba-tiba orang "baru" ini ada info : lagi business trip ke Africa, or apapun itu yang berhubungan dengan Africa. Red Alert! Kenapa mereka harus info mengenai "Africa" nya ini? Itu karena semua duitnya nanti pasti harus dikirimkan ke bank mereka di Africa. So ga mungkin kan kalau profile mereka berasal dari US or UK, tapi transferan mereka ke Africa.

That's my experience with the Social Media. Semoga sih ngga ada yang kena tipuan macam begini lagi. Utamakan logika, bukan kata-kata romantis. There's no such a thing if someone you just know, suddenly asked you to transfer money, and called it love. 






May 28, 2018

Being Alone Doesn't Mean Lonely


Sekedar kepengen sharing mengenai perubahan status gue saat ini. Problem dari status single tuh adalah banyaknya orang yang berpikir bahwa gue kesepian, or butuh kasih sayang. And so they try to playing around with me, asking some impolite questions just to see how I react. Mungkin kalo ditanggapi, ya berarti umpan kena, dan berlanjut dengan keisengan lainnya?

Basically sih, gue ngerasa those people really don’t understand that I choose this decision because I knew I won’t be happy If I stay. Jadi semua resiko yang ada, ya gue terima. Bukan berarti gue akan down dan harus mencari pengganti supaya bisa having fun. Salah besar!

There’s a good advice from a community for people with experience same as I do, “Cutting contact with toxic people will transform your life. At first, it feels miserable. Like you’re going cold turkey, from an addiction. But as time goes on, you come to discover that each passing day brings unexpected new blessings. You begin to develop self-respect, boundaries, and true friendships.”

When people make you feel unwanted, don’t leave to make them feel sad or guilty, they won’t. Leave because you no longer have a reason to stay. What is meant to be will end up good and what is not, it won’t. Love is worth fighting for, but sometimes you can’t be the only one fighting.  

Gue sudah memilih ini bukan karena ego gue. Jangan pernah bilang kalau seharusnya gue lebih sabar dan mengalah. Relationship was never about one side, it’s always both sides. Gue sih yakin banget, kalaupun gue mengalah, pasti ujung-ujungnya juga terjadi lagi. Wasting time and energy. Gue sadar, setelah gue mengajukan hal ini, pasti yang terjadi adalah pressure yang terus-terusan dari orang yang sakit jiwa macam dia. Tapi kan ga mungkin juga gue harus bertahan dalam suatu hubungan yang membuat gue terpuruk bukannya makin maju. Ga ada tempat untuk mengembangkan diri karena tidak pernah ada dukungan buat gue. Should I live that way? Relationship should enrich people, not make others feels smaller.    

But I must admit, that I also feel some sort of broken heart feeling lately, to the person that once  filled my emptiness. I MISS THE MOMENT WHEN I CAN SHARE ALL MY FEELING, BUT I KNOW IT'S NOT A GOOD THING TO CHASE SOMEONE THAT WASN'T NEVER MEANT TO BE WITH YOU. Sad but true. I better leave the memories behind and starts the new one.
Wise man said: "To feel complete, you don't need some one else. You just need to love yourself and listen to what your heart says." 
  

May 17, 2018

Late Post : Salted Egg Pork Ribs and Salted Egg Fish Skin


Actually, this is my late post from my visit in Singapore last month (on April). I went there only for 3 days, for business purpose. Since I’m not often visit Singapore (not really sure why I’m not so interest going around in there), I also arrange to meet my friends there in the evening.


We planned to have dinner in Kushikatsu Tanaka, Clarke Quay, around 7pm, but the funny thing, I lost when heading there. My boss gave me the wrong direction, instead of take the MRT, he said that by Bus is faster. But apparently, he forgot the Bus number, and so finally after going around from 1 Bus stop to another stop, we decided to take MRT. The things that I don’t know at that time, that I should take the Blue Line and get off in Fort Canning instead of take the Purple Line, and stop in Clarke Quay. The station and the restaurant quite far, and since I’m very tired because just get back from Expo, I take the taxi. The cost around SGD11, 5 minutes from Clarke Quay MRT Station. J  




This time, I also asked a favor from one of my friends to buy an armband-waistband in Decathlon Bedok (the price SGD 26.9) for my daughter. Since in Decathlon Alam Sutra this product never available and the shopkeeper said that in Decathlon Bedok, this stuff still has some stocks. Luckily, she’s very nice person, she bought it first for me, and I only have to repay her when we met. She even gave me discount, it should be SGD 26.9, but I only pay SGD 26. Awesome!  




The next day, I’m following the recommendation from one of my friends yesterday. She told me that the new menu in Far East Plaza (near Orchard MRT) is very famous for its Salted Egg Pork Ribs. This food stall named: New Station Snack Bar. And she said that this is must try dish. So, I search in goggle map for the location, and around 5.45 pm, I going there alone. 


Far East Plaza not far from Orchard MRT station, only walks around 10 minutes. This Plaza is not crowded; moreover, I don’t think it can be name as a Plaza. Its looks like ITC for me. J  


The restaurant located in 5th floor, and I could say this place have complete Chinese food menu, despite of the location seems like food stall in ITC Mangga Dua. The price is also affordable, mostly under SGD10. I only ordered Salted Egg Pork Ribs with Rice, and Tea. Total cost SGD 8. Crispy and well-done pork ribs, drenched in tasty salted egg yolk sauce, a very yummy dish. I love that the sauce is rich and extremely savory with a hint of curry from the curry leaves.





And still about salted egg, I also decided to buy salted egg fish skin. This snacks nowadays become very popular in Singapore because of the savory taste. Since I want to try various kind of fish skin, I bought 3 brands that well known in there, The Golden Duck, Fragrance and Oyu. I didn’t get small size of Irvins, so I cancel the order.


Overall, the taste was good. I actually love every dish or snacks with salted eggs topping. So For me, every brand were yummy J The Golden Ducks itself has spicy taste (and now Irvins also launching the new product, spicy fish skin). My Japanese friend doesn’t like it, but somehow I love it. This is the snacks that maybe I’ll looking for when I visit Singapore once again. I think I must spare larger space in my luggage for this. Haha…  







Finally, that’s my experiences for only 3 days in Singapore during my business trip. Very short time, but it’s enough for me. Since I went there only with my boss, sneaking time after working hour for a little bit happiness vacation is a precious moment. I’m glad my boss not the kind of killer type. Haha…









May 16, 2018

Been So Long....

Hai hai again!
Lama banget nih aku ngga update di blog. It's been many years I think. Bukannya ga mau nulis yah, tapi rasanya ga sempat aja. Padahal banyak banget hal yang terjadi in a past few years. Lots of up and down that I've been through. Pengen banget punya tempat cerita, tapi kalau urusan belum kelar, pantang deh di ceritain kemana-mana. 

In a glance aja deh... (dih kek bikin resume aja), many things happens that change my whole life. From bored life, colorful, desperate, broken heart, and finally move on. 

First.
 
I've been completely free from my toxic relationship. Well, in my deepest heart, I knew it would happen someday, sooner or later. Though I tried so hard to hold that feeling, but in the end, something happened and makes me have to make my own decision. So here I am, free and happy mommy as should be.

Second.
Since my daughter on me now, I need to started thinking about her future. It seems like in the next year I have to put her on kindergarten. And as always, mommy always confuse where is the good and affordable school near office. 
At this moment, she still in the daycare weekly because someone disagree to put her monthly, though he didn't pay at all. Anyway, she's very good this few days, I can leave her in the morning without any additional drama (or fake cry). That's my girl! Love you my daughter!! 

Third.
I'm moving out to apartment. Still, I must saving a lot for my future. But at least I feel relieved. I can arrange my stuff as much as I like, can go anywhere I want. Yeah, my soul is single forever. 

Fourth.
I also moving to another company, with better salary off course (*wink). However, needs more efforts in this new company. At least I can make a decision better than in my previous company. And free internet also, for sure.

Five. 
Finally my weight stable on 50-51 kgs. Something to celebrate, right? Yeah... no...

Six.
Now I learned how is Narc's people actually exist on earth. Thanks to so many great quotes in IG to make me strong and understand, that basically the best way to heal my soul is only one, go NO CONTACT with those screw people. The best taker ever. They don't mind to take anything for me without give anything back in return. That's hurt, so much, until I realize, it's their habit. Their ego. So if I feel miserable because of them, I lost.   

Seven.
I'm in progress to move on. No more contact for unnecessary things. I don't need someone that only wants to be heard, wants me to help them, while when I'm in trouble, they're gone. Disappear in a second. What was that? Relationship non-sense. Wants me to be like what they want, but if I apply the same standard for them, they angry, blame-shifting. 
Beugh... wth, no more!  

Hmm... what else... nothing more... bottom line, I try to rearrange my life. To upgrade my self-confidence that ruined many years ago.
Hopefully everything could running smoothly...  *pray






    


April 15, 2016

di·lem·ma ...










Dilema itu, kalau kita sama-sama tau kalau ga mungkin, tapi masih aja dilanjutkan...

Dilema itu, kalau aku milik yang lain, dan kamu juga, tetapi kita tidak bisa berhenti untuk ingin memiliki...

Dilema itu, kalau pertama biasa saja, makin lama makin luar biasa...

Dilema itu, kalau tau ini sebenarnya salah tapi ga bisa berhenti berbuat salah...

Dilema itu, kalau kita sama-sama menyadari situasi yang makin "panas", tapi sama-sama ga mau membicarakan...

Dilema itu, kalau hubungan jangka panjang terasa membosankan, sehingga membuka pintu untuk orang ketiga masuk...

Dilema itu, kalau sentuhan kecil berubah menjadi sentuhan yang menggoda...

Dilema itu, kalau chatting biasa berubah jadi special dan penuh warna...

Dilema itu, ketika kamu ingin tampil lebih oke dan lebih wangi bukan untuk pasangan mu, tapi untuk orang yang membuat hidup terasa lebih bersemangat...

Dilema itu, kalau kamu mulai cari-cari moment supaya bisa pura-pura ga sengaja bertemu...

Dilema itu, kalau kamu tiba-tiba merasa ingin mememeluknya tanpa alasan yang jelas...

Dilema itu, kalau kita mulai diam-diam cari waktu bersama, walaupun hanya untuk sekedar small and soft touching on coffee break...


Dilema itu, when sensuality become your dream at night...



April 3, 2016

Investasi, perlu banget ngga sih?

Ngebahas masalah investasi ini, gue sempat ngerasa nyesel. Why? Because I just realized how important this matter after 30-something. Sebelumnya, bisa dibilang duit gue gampang ngacir buat beli elektronik dan gadget. Ya maklumlah, hobby susah ditinggalkan. Apalagi kalau udah kerja dan menghasilkan duit sendiri, rasanya kek ada excuse yang mengamini: “Ah masa kerja susah-susah ga bisa dinikmati?” hahaha… (Such a klise).
Anyway, untuk soal travelling sih gue ga pernah nyesel. Never-ever. Soalnya travelling itu in the other side adalah experience, and experience is something precious. So I won’t mind for that.

Back to invest question. Basically, after 30-something gue baru ngerasa, gile gue kerja sekian lama dapat apa sih? Something yang bisa gue pake atau nantinya yang anak gue bisa nikmati? So far, yang gue punya cuma tabungan, dan asuransi. Asuransi juga ga seberapa, paling-paling kalo gue ga ada, anak gue cuma dapet ratusan juta. Buat bayar kuliah juga lenyap itu ya, tapi apa iya mo dapet duit harus nunggu gue ga ada? Sementara you knowlah, laki gue lebih focus ke kinian (today-today-today) daripada mikir : what we have in the next 10 years? Masa sih lu mau banggain beli mobil a-z tapi dana anak belum lo pikirin dari sekarang? Ridiculous, isn’t it?

But after struggling with my own self-consciousness, I decide in last year, gue bakalan ikutan reksadana aja. Hal ini juga didorong oleh gue punya temen yang jago bingits main saham. She’s awesome! So that moment she advise me, untuk rencana jangka panjang, for example like school fees, or medical, which is maybe my daughter need in another 5 years, I could invest on mutual funds. Nah, dia suggest gue, kalo mau jangka panjang, gue harus ambil yang aman aja, naik, tapi ga progresif. Jadi model combine lah dengan pendapatan tetap, ga sepenuhnya saham. Kalo cece gue suruh beli Schroders, tapi karena beli ini harus ke cabang Bank Mandiri utama (or Commonwealth Bank, cmiiw), gue gak sempat. Jadi gue ngikutin temen aja, di SAM (Samuel Asset Management). Gue ambil yang SAM Indonesia Equity Fund dan SAM Syariah Berimbang.

Problemnya adalah, gue masih terlalu oon buat ngikutin: kapan gue harus top up? Jadi gue harus sering Tanya dengan temen gue yang cerdas cadas ini, gue bilang kalau lu mau top up, kabari gue ya. Hahaha… tapi lama-lama gue juga penasaran sebenernya, how to knowing when the right time to top up? Dia ajarin gue supaya download aplikasi Bloomberg di smartphone, karena dari situ bisa dipantau naik-turunnya. Good idea lah. Gue saat ini lagi mencoba, lumayan kalau bisa dalam 5 tahun menghasilkan duit buat anak gue sekolah.
Nah selain itu, gue juga investasi manual (maksudnya ga melibatkan saham), yaitu logam mulia. Ini udah paling aman dan gampang. Tinggal nitip cece ke Antam atau gedung Logam Mulia (Pulogadung) udah deh, tapi ya teteup sih, nitip juga ujung-ujungnya. Maklumlah, gue tinggal di desa, jauh mau kemana-mana… *curcol mode.

Harapan gue sih, setidaknya nanti saat anak gue perlu duit, gue masih bisa kasih dia sesuatu lah. Jangan sampai nih, sebagai orang tua saat ada duit justru diabis-abisin demi kesenangan sendiri. Ga mikirin kalau dunia itu berputar, kadang diatas-kadang dibawah.
Gue ada cerita soalnya, sebuah keluarga yang awalnya ga punya, tiba-tiba karena lahan basah suddenly punya duit banyak. Sebagai kepala keluarga yang melarang istrinya bekerja (katanya kalau istri bekerja gak menghormati suami – alasan klise karena ego), cuma dia seorang yang menghasilkan duit. But instead on focusing their children’s future. Ini malah duit dihabis-habiskan hanya untuk gonta ganti mobil. Kebayang ga, pada jamannya, duitnya banyak bukan diinvestasikan ke property, atau sesuatu yang berharga di masa depan, malah dihabiskan dengan ngejar gengsi. Mungkin disitulah peran penting edukasi ya? Intinya setelah dia ga ada, yang tersisa cuma rumah di pinggiran kota yang butuh banyak renovasi, istri yang hanya ngarep uang pensiunan suami yang ga ada, dan 2 anak yang mau ga mau harus mulai dari 0 untuk for example : beli rumah saat nikah. Padahal seandainya sang suami dulu berpikir: family comes first. Pasti saat dia punya uang banyak, dibelikan anaknya rumah satu-satu. Setelah dia ngga ada, ya udah terserah anaknya mau ditempati atau dijual. Yang jelas kalau dulu (tahun 90-an) beli rumah 100 juta, bisa dipastikan tahun sekarang mungkin bisa mencapai 1M bahkan lebih (tergantung lokasi).

Dari case itu, gue belajar bahwa kebahagiaan sesaat, dalam case ini adalah gonta-ganti mobil untuk kepuasan pribadi dan mengejar gengsi (karena sebelumnya dianggap keluarga yang kurang mampu dibandingkan saudara yang lain), tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna di kemudian hari. You know what, seorang anak itu mencontoh orang tuanya. Kalau saat itu, ada ketegasan bahwa investasi itu penting, gue rasa anak-anak pasti ngikutin. Mana mungkin seorang anak umur belasan tahun mengerti apa yang dibutuhkan dia 10-20 tahun kemudian? Pastilah apa yang dilakukan orang tuanya (saat itu) dianggap yang paling the best. Itulah penyebab kesesatan pikiran dari anak-anaknya. Karena didikan itu (menghabiskan uang untuk terlihat “wah”) dianggap “membahagiakan keluarga”, kalau saat ini dibilang “salah didikan” pasti ngga akan terima. Karena mereka mikirnya: “Gue saat itu happy, kenapa lo sirik?” Meskipun sekarang berakhir dengan have nothing. Padahal dia mungkin ga mikir, seandainya mereka dibelikan rumah, pasti saat ini yang dipikir adalah: “Syukurlah, bokap gue dulu pinter banget” See? Everybody’s happy in the next 10-20 years, hanya dengan keputusan bahwa Investasi itu penting sejak dini.

Mengikuti gengsi supaya dianggap “wah” itu ga ada gunanya by the end of the day, kenapa? Karena yang menikmati hanya dia dan keluarganya saat itu. Ingat “saat itu”. Karena saat ini, mereka ga menyisakan apa-apa lagi selain kenangan. Sementara anak-anak tersebut pada akhirnya akan punya keluarga, tapi secara masa depan, orang tua tersebut justru memaksa anak-anaknya bekerja lebih keras. Padahal sebagai orang tua normal, seharusnya lebih memikirkan kebahagiaan anak jangka panjang, bukan hanya 1-5 tahun saat uang ada. Lebih buruknya, anak-anak sudah ter-brain wash bahwa style mengejar gengsi itu perlu dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari orang, sehingga mereka akan membawa keluarga baru mereka dengan style pamer uang (kalau ada) dan hidup dengan omong besar. Lebih besar pasak daripada tiang. Ketakutan kalau dinilai orang lain bukan orang kaya, dan berakting seperti (masih) jadi orang kaya walaupun duit pas-pasan. Soal masa depan keluarganya urusan nanti, yang penting keliatan (seperti) orang kaya. Kasihan istri dan anak, hidup dengan rasa was-was, terjamin atau tidak hidupnya, tidak dipedulikan. Yang penting duit buat hobby dan gaya-gaya-an ada. Hobby mau gonta-ganti mobil karena merk, bukan karena fungsi. Padahal duit belum turah-turah (duit banyak nganggur) tapi udah mau ini-itu.


Wah didikan keluarga begini memang hanya meninggalkan problem lebih besar saja ke orang lain. Double troubles!        


My Newest Thought

Operasi Gigi Geraham Bungsu (Menggunakan BPJS 2020)

Hai semuanya, kali ini gue mau share tentang pengalaman gue operasi gigi geraham bungsu atas bawah, sebanyak 4 gigi. Yes, 4 gigi sekaligus! ...