February 16, 2010

Valentines Night and Sincia @La Piazza-Gading


Tanggal 13 Feb kemaren adalah malem Valentine sekaligus malam Sincia. Kita (gw ama yayank) memutuskan untuk spent the weekend @gading. So hari itu dibuka dengan ke Erha (siang), nonton Percy Jackson And Lightening Thief, then dinner di La Piaza. 

Kebetulan banget malem itu ada live show menyambut Imlek, plus pertunjukan barongsai. Alhasil tu foodcourt outdoor ruameeee banget. Tempat duduk kita pun ga bukan VIP seat, jadi dengan panggung juga agak jauh n gak keliatan jelas show-nya.
Begitu kita duduk, ga berapa lama dihampiri oleh waiternya. Kita uda bingung mo order apa, liat menunya setebel buku harry potter. Akhirnya daripada si waiter nungggu kelamaan, kita pesen steak aja di Alibaba. Efektif dan efisien. Gw mau Sirloin, and co gw Tenderloin. Dan sampe sekarang gw ga bisa bedain antara lokal dan New Zealand. Perasaan sih sama aja gtu...
Minumnya gw cobain Hot Chocolate-Nya Bakoel Kofie. Ternyata not bad lho... coklatnya kerasa kaya ice cream. Yummie... 

After kita uda mulai kenyang and bete karena pemandangan yang diliat cuma orang semua, kita putusin buat balik ke XXI nonton Wolfman (mindight).
Wah... pokoknya bener-bener a long night deh... Enjoy banget jalan-jalannya. ::like it::

Imlek - Chinese New Year


Menurut legenda, dahulu kala, Nian () adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil panen.
Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa : 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu. Karena itu setiap akhir musim dingin, masyarakat merayakan tahun baru imlek dengan membakar petasan dan memainkan barongsai untuk mengusir segala yang jahat dan menyambut datangnya musim semi.

Imlek secara tradisi telah diperingati oleh masyarakat Tionghoa seluruh dunia sejak ribuan tahun lalu. Dari buku kuno diketahui Imlek dirayakan di Tiongkok ribuan tahun yang lalu oleh raja pertama Huang Ti, yang memerintah antara tahun 2698 SM - 2599 SM. Secara tradisi penyambutan Imlek diisi dengan aktivitas menjadi baru mulai dari mendandani rumah dan dirinya sendiri dengan pakaian dan semangat baru. Yik Nien Fuk Se, Wan Siang Keng Sin artinya datangnya tahun baru mengubah segalanya menjadi baru.

Warga Tionghoa kini menghabiskan hari-harinya mempersiapkan Imlek dengan membuat aneka macam kue keranjang atau kue tar, membersihkan rumah dan tempat ibadah serta menyiapkan angpao. Sementara yang laki-laki akan membersihkan pekarangan atau mencat rumah.

Segala rangkaian prosesi perayaan Tahun Baru Imlek ini dimulai dengan suatu ritual yang dinamakan Cap Ji Gwee Jie Shie (tanggal 24 bulan ke-12 Imlek). Pada permulaan hari itu, sesuai tradisi, orang Tionghoa menyalakan puluhan hio (dupa bergagang) berketinggian tiga meter di klenteng-klenteng. Bagi yang tidak mampu membeli itu, pelaksanaan sembahyang cukup dengan hio biasa, lilin kecil, minyak nabati, serta sesaji buah-buahan, kue serba manis, dan pembakaran hu (kertas merang bergambar kuda terbang).

Ritual ini juga sering disebut dengan Shang Sheng. Shang Sheng merupakan salah satu dari rangkaian ritual keagamaan pemeluk agama Khong Hu Cu, meski kemeriahannya tak semencolok pada Malam Tahun Baru Imlek, dan Cap Go Mee atau hari ke-15 Tahun Baru Imlek.

Rangkaian kegiatan menyambut tahun baru Imlek dimulai dengan sembahyang syukuran tutup tahun imlek atau Sam Sip Pu mulai pagi hingga malam. Acara persembahyangan Tahun Baru sendiri, dimulai menjelang tengah malam hingga besok paginya.

Biasanya pada malam sebelum tahun baru atau Chu Si Ye, seluruh anggota keluarga harus kumpul bersama dan makan Thuan Yen Fan (makan malam sekeluarga). Jika ada keluarga yang tidak sempat atau berhalangan untuk pulang ke rumah, di meja akan disiapkan mangkok dan sepasang sumpit yang mewakili yang tidak sempat datang tadi.

Sayur yang disajikan cukup banyak dan mengandung arti tersendiri, seperti Kiau Choi yang melambangkan panjang umur, ayam rebus yang disajikan utuh melambangkan kemakmuran untuk keluarga. Sedangkan bakso ikan, bakso udang dan bakso daging melambangkan San Yuan atau tiga jabatan yaitu Cuang Yuen, Hue YuenCie Yuen. Tiga jabatan tersebut adalah jabatan yang sangat dihormati masyarakat Tionghoa pada jaman kekaisaran dahulu.

Juga ada Kiau Se atau pangsit yang bentuknya dibuat mirip dengan uang perak zaman dulu. Menurut kepercayaan, makan Kiau Se akan mendatangkan rejeki. Malahan sesuai tradisi di antara pangsit tersebut salah satunya akan diisi dengan koin. Bagi yang mendapatkan koin tersebut konon akan mendapatkan rejeki besar.

Di meja juga disiapkan ikan yang dihias dan akan dimakan. Maknanya yaitu Nien nien yeu yi atau setiap tahun ada lebihnya. Ikan dingkis bertelur yang dikukus merupakan hidangan istimewa sebab diyakini dapat membawa keberuntungan di tahun baru.
Selain sajian-sajian itu yang menjadi tradisi di warga Tionghoa dalam menyambut Imlek adalah dengan menggunakan pakaian tidur berikut pakaian dalam yang masih baru. Maksudnya adalah untuk membuang kesialan tahun lalu. Pada malam tahun baru setelah berdoa dan makan malam, tidur dengan menggunakan pakaian tidur yang baru umumnya berwarna merah.

Pada hari pertama Sin Nien atau tahun baru, pertama yang akan dilakukan adalah sembahyang pada leluhur bagi yang ada altar di rumah. Bagi yang tidak punya altar, akan ke klenteng terdekat untuk sembahyang mengucapkan terima kasih atas lindungan Thien (Tuhan) sepanjang tahun. Setelah itu memberikan hormat kepada kedua orang tuanya, saling mengunjungi sanak keluarga dan kerabat dekat.

Selain itu bagi anak-anak muda mereka akan menyambut tahun baru dengan memasang petasan dan main barongsai yang mengandung arti mengusir segala yang jahat dan menyambut segala yang baik. Banyak pantangan yang tidak dilakukan pada hari tersebut. Seperti tidak menyapu dan tidak membuang sampah yang katanya akan mengusir rejeki keluar rumah.

Pantangan lainnya yaitu tidak boleh bertengkar atau mengeluarkan kata-kata fitnah dan tidak boleh memecahkan piring. Namun jika kebetulan secara tidak sengaja ada piring atau mangkok yang pecah, untuk penangkalnya harus cepat-cepat mengucapkan Sue sue Phing an yang artinya setiap tahun tetap selamat.

Pada hari kedua tahun baru adalah saatnya hue niang cia atau pulang ke rumah ibu. Hari ini bagi wanita yang sudah menikah akan pulang ke rumah ibunya dengan membawa Teng Lu yang merupakan bingkisan atau angpao (kantong merah kecil yang berisi uang) untuk ibu dan adik-adiknya. Secara tradisi Angpao atau Hung pau juga diberikan kepada anak-anak dan orang tua. Pada hari ketiga, mereka lebih banyak tinggal di rumah, tidak banyak melakukan perjalanan dan aktivitas.
Pada hari keempat adalah hari menyambut para dewa untuk kembali ke bumi. Konon menurut kepercayaan Dewa Dapur (Co Kun Kong) dan para dewa dari langit akan kembali ke Bumi. Pada hari kedatangan kembali para dewa-dewi itu, khususnya Dewa Dapur, akan disambut bunyi-bunyian antara lain dengan kentongan. Warga Tionghoa biasanya ke klenteng untuk Hi Fuk atau memohon kepada dewa untuk mendapatkan perlindungan dan rejeki. Sesaji yang dibawa biasanya berupa buah-buahan juga ciu cha (arak) dan teh.

Dihitung dari Shang Sheng, rangkaian persembahyangan menjelang dan sesudah Tahun Baru Imlek meliputi 21 hari. Bagi orang yang masih kental merayakannya secara lengkap, tiga pekan itu adalah saat-saat penuh makna bagi perawatan batin. Mereka berdoa, mawas diri, bersedekah, mohon pengampunan, berterima kasih kepada Thien (Tuhan), leluhur, orang tua dan orang-orang yang dituakan, dan mohon pertolongan kepada Tuhan dan para dewa agar sehat, selamat dan sejahtera di tahun yang baru.
Pantangan atau larangan, dan perlakuan ketika menyambut Tahun Baru Cina :

Pembersihan rumah
Seluruh kawasan rumah mesti dicuci sebelum tibanya tahun baru. Pada malam tahun baru, semua sapu, pel dan semua jenis alat mencuci disimpan. Menyapu dan mengemas tidak patut dilakukan pada hari tahun baru, kerana mengikut kepercayaan masyarakat Cina, nasib baik akan disapu bersama dengan sampah-sampah tersebut. Selepas tahun baru, lantai rumah akan disapu, bermula dari pintu ke tengah rumah dan diletak di penjuru. Sampah-sampah yang disapu itu tidak akan dibuang sehinggalah hari ke 5 perayaan.

Ambil yang jernih, buang yang keruh
Bermain petasan pada malam Tahun Baru adalah satu cara untuk mengucapkan selamat tinggal kepada tahun yang akan akan berlalu, dan merayakan datangnya tahun baru. Pada satu ketika di tengah malam tahun baru, semua pintu dan jendela mesti dibuka untuk membiarkan tahun yang lama pergi.

Aktifitas di Tahun Baru
Semua hutang sepatutnya telah dibayar pada ketika ini. Semua orang perlu menjaga perlakuan masing-masing pada ketika ini. Dilarang sama sekali menggunakan perkataan-perkataan kotor yang membawa maksud sial dan tidak baik. Merujuk kepada tahun yang lalu pun dilarang pada hari tahun baru karena segala-segalanya mestilah maju ke depan dan tidak boleh memandang ke belakang lagi.

Dilarang sama sekali menangis pada tahun baru, karena dikuatirkan orang tersebut akan menangis sepanjang tahun tersebut.

Kebersihan dan Penampilan

Pada hari tahun baru, dilarang sama sekali mencuci rambut, karena perlakuan ini akan mengakibatkan orang tersebut mambasuh pergi segala nasib baik untuk tahun baru itu. Pakaian merah digalakkan untuk dipakai. Merah dianggap warna cerah dan terang, yang memungkinkan pemakainya memperoleh masa depan yang terang. Dipercayai bahawa, cara pemakaian pada tahun baru menentukan nasib seseorang itu pada tahun tersebut. Kanak-kanak, saudara-dekat dan orang yang belum kawin diberi angpau untuk masa depan yang cerah.


(source : wikipedia.com, kapanlagi.com, enformasi.com)

February 8, 2010

An evening @Sushi-Tei

Sebenernya sih pada awalnya aku ga ada niat makan sushi, tapi karena suddenly my best friend kepengen sushi, maka pergilah kita nyari makanan Jepang yang cukup populer di Indonesia ini. Setelah dengan banyak pertimbangan, finally pilihan jatuh ke Sushi-Tei. Resto yang cukup terkenal dengan fusion sushi harga relatif bersahabat, and lokasi yang ga jauh.
Sore itu pulang kantor kita menuju Sushi-Tei Plasa Senayan, berhubung belum jam makan malam, sampe sana kita ga pake waiting list lebih dari 5 menit. Sengaja kita pilih tempat duduk di bar, supaya deket ama sushi-puter (istilah aku aja nih), so tinggal pilih aja. Kepikiran deh kita buat cobain sashimi, walopun kita berdua sebenernya sama-sama ragu buat nyicipin. But there’s always the first time, so kita membulatkan tekad buat order : Salmon. Gw ga inget namanya apaan, pastinya sih salmon mentah.

Yang onigiri sih lumayan, pokoknya yang pake nasi (ketan) itu enak, sementara… aku ama temen aku butuh perjuangan extra buat ngabisin sashimi…. Wakakakaka…. Tetep aja ga abis deh, ga ada yang demen. Harga perpiring untuk Sushi-puter ga terlalu mahal, untuk piring gold harga 37 ribu, paling murah sepertinya piring putih, dengan harga 7.5 ribu. Yang biru 11 ribu, merah 28 ribu. Tapi selain menu itu, kita juga order Dragon Roll, yang isinya udang dibalut nasi dengan topping alpukat. Harga sih lumayan juga 58 ribu, tapi rasanya ngga mengecewakan kok. Worth to try.


Above all sih, Sushi-Tei dapet rating 3.5 dari 5 deh. Pelayanannya not bad, menunya pun juga lumayan lengkap, kondisi resto bersih. Buat yang pecinta sushi, termasuk recommended buat dicobain.

February 5, 2010

Home Living


Akhir-akhir ini konsep minimalis bener-bener bikin aku terinspirasi. Ngelihat desain-desain rumah, furniture, even aksesoris buat tempat koleksi CD ataupun box file aja uda bikin aku tertarik banget. Keliatannya bersih, terang and fresh, padahal sebenernya itu juga tergantung dari desainernya, hehehe...
Ide tentang green home living juga seems very cool. Sayangnya aku bukan designer interior nih, jadi ide di kepala ga bisa keluar dalam bentuk 3D (AVATAR mode on). Pernah sih iseng-iseng menggambar (yap, back to basic, pake pensil). Tapi somehow, yaaaa... hasilnya cuma gue dan Tuhan yang tau. But however, at least I've tried.

Pengen tuh bikin rumah pake parquet, dengan kamar mandi bergaya natural, yang beratapkan langit.... *daydreaming mode on*. Semua ide tuh uda ada nih, tinggal visualisasinya aja. Maunya kamar mandi pake batu palimanan, atau batu andesit. Biar kesannya menyatu dengan alam... Mantap!
Trus ruang makan ga perlu pake meja macem-macem, cukup Tatami ala Japanese aja. Jadi duduknya lesehan, ngga ribet dan ga makan tempat. Kamar tidur pake table lamp, jadi kamar tidur memang khusus untuk tidur dan baca-baca dikit, so ga perlu pake tv. Looks hommy banget....
Once again, it's just an idea, and perhaps one day I can make it come true... ^^

Etika Makan Ala Jepang



Biasanya, jamuan makan Jepang diselenggarakan dalam ruangan bernama tatami, yakni ruangan gaya tradisional Jepang yang beralaskan tikar bambu tanpa kursi. Di sini para tamu diharuskan melepas alas kaki, namun masih tetap boleh mengenakan kaos kaki.


Sikap tubuh saat duduk lesehan di atas tikar adalah duduk di atas dua telapak kaki yang di tekuk dengan punggung tegak lurus. Untuk wanita, kedua tangan dipertemukan dan ditangkupkan di pangkuan. Lain halnya dengan pria yang meletakkan telapak tangannya pada lutut.


Dalam budaya Jepang, cara makan berbeda dengan Cina, meskipun sama-sama menggunakan sumpit dan mangkuk. Sesaat setelah minuman tersaji, diadakan kanpai atau bersulang, yaitu mengangkat cawan teh atau sake. Begitu pula saat semua tamu telah mendapatkan hidangan, satu kata yang wajib diucapkan sebelum memulai bersantap adalah ‘Itadakimasu’ yang juga berarti ucapan terima kasih atas makanan yang telah disediakan dan siap untuk disantap dengan sikap tubuh dan kepala sedikit membungkuk. Untuk jamuan makan yang menggunakan meja makan, hal ini juga dapat dilakukan.

PENYAJIAN HIDANGAN JEPANG
Dalam menyantapnya tidak ada aturan tertentu. Namun, biasanya orang Jepang sendiri lebih suka memulai dari jenis daging terlebih dahulu, dilanjutkan dengan sup, kemudian nasi beserta acar.

PENGGUNAAN SUMPIT
Seperti juga dalam jamuan makan Cina, sumpit, atau dalam bahasa Jepangnya disebut “Hashi”, merupakan alat makan utama seperti halnya sendok/garpu dan pisau dalam hidangan ‘Barat’.


Perbedaan sumpit Jepang dengan Cina terletak pada bentuknya. Sumpit Jepang ujungnya cenderung lebih tajam dan mengecil, sedangkan sumpit Cina ujungnya lebih tebal dan persegi.


Sumpit biasanya diletakkan pada sebuah sandaran sumpit, dikenal dengan nama chopstick standing. Bentuknya beragam. Saat usai menyantap hidangan atau ingin berhenti sejenak, letakkan sumpit pada sandaran sumpit.


Buat sebagian orang sumpit relatif sulit digunakan. Oleh karena itu, ada baiknya jika dimulai melatih jari jemari Anda. Menggunakan sumpit saat menikmati hidangan Jepang memberikan sensasi tersendiri.


Caranya: letakkan sebuah sumpit di antara pangkal ibu jari dan jari tengah. Letakkan sumpit kedua di antara jari tengah dan telunjuk seperti memegang sebuah pensil. Tekan dan jepit dengan bantuan ibu jari. Dengan seringnya berlatih, Anda pun akan semakin terampil dan luwes menggunakannya.

TIPS SUMPIT
  • Jangan menancapkan sumpit pada makanan Anda, terutama pada nasi, karena hal ini hanya untuk suasana berkabung.
  • Letakkan sumpit di samping piring Anda atau pada tempat yang tersedia. Jangan pernah meletakannya tanpa alas di atas meja, kecuali sumpit masih dalam keadaan terbungkus.
  • Jangan menggunakan sumpit untuk menunjuk sesuatu ataupun seseorang, karena Anda akan dianggap kurang sopan. Jangan juga gunakan sumpit untuk memotong makanan Anda seperti Anda menggunakan pisau atau garpu.
  • Jika ingin saling berbagi makanan, sebaiknya jangan menerima makanan dengan sumpit. Terimalah makanan tersebut pada mangkuk nasi ataupun piring yang di sediakan.
  • Jangan memutar-mutarkan sumpit untuk mencari makanan yang diinginkan.
  • Di beberapa resto Jepang juga disediakan sumpit yang kedua ujungnya sama runcing. Ujung yang satu digunakan untuk bersantap sedangkan ujung yang lainnya digunakan untuk mengambil hidangan yang diinginkan.
TEH ATAU SAKE
Teh merupakan minuman yang wajib menyertai semua hidangan Jepang. Teh dituang ke dalam cawan kecil yang tidak bertelinga. Cara minum teh yang benar untuk wanita adalah dengan mengangkat cawan dengan tangan kanan dan menahan cawannya pada ujung-ujung jari tangan kiri.
Sedangkan untuk pria, cawan diangkat hanya dengan satu tangan saja. Cara lain adalah dengan mengangkat cawan dengan kedua tangan.



My Newest Thought

Operasi Gigi Geraham Bungsu (Menggunakan BPJS 2020)

Hai semuanya, kali ini gue mau share tentang pengalaman gue operasi gigi geraham bungsu atas bawah, sebanyak 4 gigi. Yes, 4 gigi sekaligus! ...